RAGAM METODE SUNAT

Manusia mengenal tindakan sunat sudah sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Dalam suatu hadist disebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS di khitan / sunat dengan menggunakan kapak.

Saat ini secara dasar, ada 3 macam cara dasar pada tindakan sunat. Yaitu Sunat Tradisional, Sunat Konvensional dan Sunat Modern. Adapun sunat modern terbagi bagi lagi atas berbagai metode, yang akan saya jelaskan kemudian.

A. Sunat Tradisional

Sunat tradisional adalah cara sunat yang paling lama dikenal. Pada zaman dahulu, sunat tidak selalu dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lain. Dahulu, sunat dilakukan oleh profesi yang dikenal sebagai “Dukun Sunat” atau “Calak”. Alat sunat yang digunakan pada sunat tradisional ini umumnya sangat sederhana, seperti bambu yang dibuat sangat tipis dan tajam (sembilu) ataupun dengan pisau khusus. Proses pengerjaannya pun relatif sangat sederhana. Prosedur bius atau anestesi biasanya hanya dilakukan dengan cara berendam beberapa waktu pada air dingin.

Sunat tradisional umumnya tidak terlalu memperhatikan nilai estetis dari hasil akhir tindakan sunatnya. Karena prinsipnya yang dituju adalah hanya nilai syar’i atau atau terpenuhinya syarat sunat, yaitu memotong bagian ujung dari kulit kulup. Oleh sebab itu, cukup banyak pasien yang datang untuk melakukan reparasi atau perbaikan bentuk dari hasil sunat sebelumnya karena pasien tersebut merasa bahwa “bentuk” hasil sunatnya tidak rapih.Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan nilai kebersihan / sterilitas peralatan yang digunakan untuk tindakan sunat, maka saat ini masyarakat mulai beralih untuk tindakan sunat dengan cara yang lebih baik dari segi sterilitasnya. Walaupun begitu, masih cukup banyak masyarakat khususnya di pedesaan atau pedalaman yang masih memilih tindakan sunat dengan cara tradisional.

B. Sunat Konvensional

Sunat konvensional adalah tindakan sunat yang lebih modern dibanding sunat tradisional. Sunat konvensional umumnya dilakukan oleh tenaga medis, dengan menggunakan peralatan medis seperti pisau bedah, gunting, jarum dan benang jahit. Sunat konvensional akan didahului dengan prosedur bius atau anestesi. Setelah dilakukan pembiusan, kemudian dilakukan pembersihan pada area kepala penis, yaitu bagian dalam dari kulit kulup. Setelah dibersihkan, kemudian kulit kulup dipotong dengan menggunakan pisau bedah atau gunting. Setelah dilakukan pemotongan kulit, kemudian akan dilakukan penghentian rembesan darah pada beberapa bagian kulit yang telah dipotong. Setelah dipastikan bahwa tidak ada lagi rembesan darah dari bagian yang dipotong, selanjutnya akan dilakukan penjahitan untuk menyatukan antara kulit bagian dalam (mukosa) dengan kulit bagian luar dari penis. Setelah dilakukan penjahitan, lalu bagian dari penis yang telah disunat tersebut akan ditutup dengan perban.Pengerjaan sunat dengan metode konvensional relatif agak lama, karena harus melakukan prosedur penghentian rembesan darah pada beberapa bagian pembuluh darah yang terpotong. Begitupun dengan proses penjahitannya yang membutuhkan cukup banyak waktu. Setelah beberapa hari, perban yang digunakan untuk “membungkus” bagian yang disunat, harus dilepas. Prosedur inilah yang seringkali dirasakan kurang nyaman oleh pasien sunat.

C. Sunat Modern

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, saat ini pilihan ragam dari sunat modern sangatlah banyak. Sunat modern dikembangkan untuk meningkatkan kenyamanan dari pasien sunat. Karena pada sunat modern, darah yang keluar saat tindakan sunat relatif sangat sedikit. Dan seiring waktu, kemungkinan masih akan banyak berkembang lagi ragam metode sunat baru yang diaplikasikan untuk membuat pasien menjadi lebih nyaman lagi.Disini saya akan membahas beberapa jenis dari sunat modern yang ada dan biasa dikerjakan untuk saat ini.

a. Metode Elektrocauter

Sunat dengan elektrocauter adalah metode sunat yang biasa disebut sebagai “sunat laser” oleh masyarakat awam. Sebenarnya pada metode ini alat yang digunakan bukanlah alat dengan sinar laser. Namun yang digunakan adalah sebuah alat yang disebut sebagai elektrocauter, yaitu alat dengan lempengan atau kawat panas yang digunakan untuk memotong jaringan kulit. Alat tersebut memiliki kelebihan, yaitu untuk memotong jaringan kulit sekaligus menghentikan keluarnya darah dari jaringan yang telah dipotong. Sehingga tidak banyak darah yang keluar saat dilakukan pemotongan kulit kulup. Dibawah ini adalah prosedur yang dilakukan pada sunat dengan metode elektrocauter.

Pertama tama akan dilakukan pembersihan area sunat dengan menggunakan cairan antiseptik, lalu dilakukan prosedur bius lokal. Setelah dipastikan bius sudah bekerja pada area penisnya, lalu akan dilakukan pembersihan pada bagian kepala penis yang masih tertutup oleh kulit kulup. Setelah bagian tersebut bersih, lalu dilanjutkan dengan pemotongan kulit kulup menggunakan alat elektrocauter dan kemudian dilakukan penjahitan keliling untuk menyatukan antara kulit bagian dalam (mukosa) dengan kulit bagian luar dari penis. Pada beberapa pasien yang berpotensi untuk terjadi rembes darah saat proses penyembuhan (misalnya pada pasien dewasa, pasien yang kulit penisnya tebal atau pasien yang sangat aktif), maka biasanya akan dilakukan penutupan area bekas potongannya dengan menggunakan perban selama beberapa hari.

Kelebihan dari sunat metode elektrocauter sendiri, antara lain adalah dimana tidak banyak darah keluar selama proses sunat yang mempengaruhi waktu tindakan yang lebih singkat karena tidak perlu dilakukan prosedur penghentian rembesan darah pada bagian kulit yang telah dipotong.

Kekurangan dari metode elektrocauter antara lain adalah area penis disarankan untuk tidak terkena air dahulu antara 4 hingga 7 hari setelah tindakan sunat.

b. Metode Klamp

Metode klamp dikenal juga dengan istilah metode tabung. Hal tersebut adalah karena pada metode ini menggunakan semacam tabung yang terbuat dari plastik sebagai cetakan dan pelindung bagian kepala penis saat dilakukan pemotongan kulit kulup. Tabung klamp sendiri terdiri dari beberapa macam merk yang agak sedikit berbeda dalam hal bentuk tabungnya. Namun walaupun berbeda merk dan agak berbeda bentuk, sebenarnya prinsip kerja dan hasil akhir dari semua merk hampir sama saja. Berikut ini akan saya jelaskan garis besar dari tindakan sunat dengan metode klamp.Tidak berbeda dengan metode lainnya, pada metode klamp juga dilakukan prosedur antiseptik dan pembiusan sebelum tindakan sunat dikerjakan. Setelah dilakukan bius lokal, kemudian akan dilakukan pembersihan area kepala penis lalu dilakukan pemasangan tabung (klamp) sebagai pelindung kepala penis. Setelah tabung klamp terpasang, lalu dilakukan pemotongan kulit kulup menggunakan alat pisau bedah. Setelah kulit kulup dipotong, tabung klamp akan dibiarkan terpasang selama antara 3 hingga 7 hari.

Kelebihan dari sunat metode klamp adalah dimana tidak perlu dilakukan penjahitan pada area potongan kulit kulup, selain itu penis pasien juga boleh langsung terkena air setelah selesai tindakan sunat. Selain itu, hasil sunat juga relatif lebih rapih. Karena tabung klamp juga berfungsi sebagai cetakan, sehingga bentuk potongan kulit akan rata mengikuti alur bentuk tabung klamp.Selain memiliki beberapa kelebihan, metode klamp ternyata juga memiliki kekurangan. Antara lain yaitu ada tabung yang menempel pada penis pasien selama 3 hingga 7 hari setelah sunat. Dimana setelah itu pasien harus datang kontrol kembali untuk melepas tabung. Proses melepas tabung inilah yang seringkali dirasakan sebagai keadaan yang tidak nyaman oleh pasien.

c. Metode Pen Sealer

Ada beberapa penamaan untuk metode ini. Selain Pen Sealer, adapula yang dinamai metode Tekno Sealer ataupun Fine Sealer. Walaupun berbeda nama, namun prinsip tindakan dari beberapa nama tersebut adalah serupa. Selanjutnya kita akan menyebut sebagai metode Pen Sealer.Metode Pen Sealer sendiri adalah merupakan metode sunat yang dikembangkan dari metode klamp. Dimana setelah dilakukan pembiusan, kemudian akan dilakukan pemasangan tabung klamp pada penis pasien. Namun yang berbeda adalah teknik pemotongan kulit kulupnya. Pada metode Pen Sealer pemotongan kulit kulup tidak dilakukan dengan pisau bedah, namun dilakukan dengan alat Electro Surgery Unit (ESU). ESU sendiri merupakan alat yang biasa digunakan untuk memotong jaringan pada tindakan operasi. Kelebihan alat tersebut adalah bisa memotong sekaligus menghentikan perdarahan.

Setelah dilakukan pemotongan kulit dengan menggunakan alat ESU, selanjutnya tabung klamp yang digunakan sebagai cetakan dan pelindung kepala penis tersebut akan langsung dilepas. Setelah itu akan digunakan suatu cairan perekat (sealer) yang akan diaplikasikan di area potongan kulit sebagai pengganti dari penjahitan.

Kelebihannya dari metode ini adalah dimana tidak perlu dilakukan penjahitan setelah kulit kulup dipotong. Selain itu, penis pasien boleh langsung terkena air beberapa jam setelah sunat. Kelebihan lain yaitu tidak ada alat apapun yang menempel pada penis, sehingga pasien tidak perlu datang kembali untuk melepas tabung seperti pada metode klamp.

d. Metode Stapler

Metode Stapler adalah suatu metode yang banyak direkomendasikan untuk tindakan pada pasien remaja atau dewasa. Metode Stapler dilakukan menggunakan alat yang dapat memotong kulit kulup sekaligus memasang semacam mata stapler yang gunanya sebagai pengganti penjahitan.

Berikut ini adalah penjelasan rangkaian tindakan sunat dengan metode Stapler. Pertama tama akan dilakukan prosedur antiseptik dan pembiusan. Setelah dilakukan bius lokal, dilakukan pemberaihan area kepala penis lalu dipasang alat yang terdiri dari pelindung bagian kepala penis dan alat pemotong. Setelah itu dilakukan pemotongan kulit kulup menggunakan alat Stapler yang saat itu sekaligus terpasang mata stapler sebagai pengganti penjahitan sekeliling area kulit kulup yang dipotong. Setelah dilakukan prosedur pemotongan tersebut, kemudia akan dipasang perban yang diplester ketat di area potongan tersebut. Perban tersebut harus terpasang minimal selama 4 hari, dan diganti setelah kontrol pada hari ke 4 pasca tindakan.

Kelebihan dari metode Stapler antara lain adalah proses sunat relatif cepat. Hasil sunat juga relatif cukup rapih karena pemotongan juga menggunakan semacam cetakan seperti pada metode Klamp.

Namun adapula kekurangan pada metode Stapler. Antara lain yaitu dimana harus dilakukan pemasangan perban setelah sunat selama beberapa hari. Selain itu, bagian penos juga tidak boleh untuk terkena air selama beberapa hari. Pasien juga harus kontrol hari ke 4-5 setelah sunat untuk melepas dan mengganti perban. Kekurangan lain yaitu dimana biaya tindakan sunat yang relatif mahal, mengingat hingga saat ini alat yang digunakan memiliki harga yang relatif lebih mahal dibanding peralatan yang digunakan pada metode lain.

Demikian informasi mengenai beberapa pilihan metode sunat pada saat ini. Sebenarnya masih ada beberapa metode sunat lain, namun yang saya jelaskan diatas adalah merupakan beberapa metode sunat yang paling sering digunakan untuk saat ini. Tidak menutup kemungkinan di kemudian hari akan muncul berbagai pilihan metode sunat baru lagi, mengingat dunia persunatan masih terus berkembang dan para praktisi sunat masih mencari metode metode sunat lain yang bisa lebih nyaman untuk pasien.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these